jokka kuliner
Luar Jawa
makassar
Pantai Pulau
Sulawesi Selatan
Di antara Sunset Terindah, Segarnya Malino dan Mantapnya Coto & Konro (Jokka Makassar dsk)
Makassar adalah kampung halaman. Salah satu
kota di mana saya bisa merasa ‘pulang’, selain kota Bandung dan Karang Anyar. Enam
tahun hidup di Makassar, suasana, cuaca, gaya, dan logat bahasa sudah bukan
barang asing lagi buat saya. Termasuk tempat-tempat menarik di hampir semua
kabupaten dan kota di provinsi Sulawesi Selatan.
Kembali ke Makassar kali ini, tujuan utamanya
adalah mengunjungi kakak, menjenguk saudara, silaturahim sambil jokka-jokka alias jalan-jalan bersama
keluarga. Dan jalan-jalan ke Makassar bawa anak dan keluarga ibarat
memperkenalkan kampung halaman ke anak-anak. Menelusuri sisi nostalgia ke titik-titik
yang jadi tempat singgah dahulu. Sayang terbatas waktu, jadi hanya
tempat-tempat tertentu yang dituju dalam waktu yang gak sampai seminggu.
Bantimurung di kabupaten Maros jadi tempat
pertama pelesiran kami sambil bersilaturahim bersama keluarga. Hampir semua
anggota keluarga ikut. Dan botram di
pinggir sungai, di bawah air terjun yang sejuk alami, menambah sempurna silaturahim
keluarga.
Wisata Alam Bantimurung merupakan bagian dari
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Inilah tempat wisata andalan kabupaten
Maros, dan kebanggan provinsi Sulawesi Selatan. Bagi yang suka flora fauna,
mungkin sudah gak asing dengan nama Bantimurung. Di sinilah habitat kupu-kupu yang
masuk hitungan terbesar dan terlengkap berada. Termasuk koleksi di museum
kupu-kupunya. Bisa dibilang di sini adalah kerajaannya kupu-kupu. Dan itu ditegaskan
dengan patung kupu-kupu yang besar di pintu gerbang utama, ikon gerbang selamat
datang. Bersanding dengan patung kera yang lebih dulu ada.
Maros juga terkenal dengan karst atau bukit
kapur. Karst yang menyimpan jejak-jejak purba. Bentang karst di Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung, jadi keindahan alam lainnya. Menuju dan di dalam taman
Bantimurung sendiri, karst dan lebatnya pepohonan seolah jadi benteng alami taman
ini. Selain karst, wisata gua jadi tawaran lainnya. Ada Gua Batu dan Gua Mimpi,
dengan stalaktit dan stalagmitnya yang indah.
Buat anak-anak, terutama Lana, tetap yang jadi
favorit adalah main air. Air sejuk yang
bersumber dari mata air pegunungan. Main di air terjun, di aliran sungai yang segar
bersanding dengan lebatnya pepohonan, menjadi perpaduan yang pas. Apalagi ditambah lezatnya makanan.
**
Main ke Makassar gak sah kalau belum ke Losari.
Pantai legend dan terpopuler di kota
Makassar. Pantai Losari sebelum tahun 2000-an awal (sebelum direlokasi) adalah
salah satu resto terpanjang di dunia. Di sini, deretan pedagang kaki lima yang menjual
aneka makanan dan minuman memenuhi sepanjang pantai Losari. Jadi tempat nongkrong
favorit semua kalangan. Tua muda, kaya kere. Dari pagi ketemu pagi lagi. Menikmati
kuliner sambil memandang keindahan laut, terutama sunset-nya. Itu kalau bicara plusnya. Kalau minusnya, salah satunya
adalah dulu pemandangan pantai gak bisa dinikmati oleh pengendara atau orang
yang berjalan kaki di sepanjang jalan Penghibur karena tertutup deretan PKL.
Kini, setelah PKL direlokasi dan dibangun anjungan,
sunset Losari jadi lebih leluasa. Gak
ada penghalang pandangan dari jalan raya ke arah pantai.
Pantai Losari gak cuma menyajikan pemandangan sunset yang indah. Atau menyuguhkan
kuliner khas Makassar seperti pisang epe atau nasi goreng merahnya di bagian
kawasan Laguna. Di sisi bagian selatan arah Tanjung Bunga, Losari juga punya
masjid terapung yang jadi kebanggan kota Makassar, Masjid Amirul Mukminin.
Masjid indah yang menjorok ke laut. Yang kalau airnya sedang pasang naik,
seperti terapung, airnya menutup kaki-kaki konstruksi penopang masjid.
**
Salah satu target utama yang juga jadi fokus agenda
ke Makassar, adalah kulinernya. Memang waktu itu gak semua jagoannya berhasil
dijajal. Seafood pinggir pantai atau
di daerah Losari, dan pallubasa yang biasanya ada di urutan teratas daftar
kuliner, gak sempat dinikmati. Kali ini yang berhasil dilahap adalah sop saudara,
mie titi, coto, dan konro. Masih jagoannya kuliner Makassar juga.
Sop Saudara di jalan Andalas, dekat masjid raya,
jadi pilihan kami. Sangat puas menikmati segar dan gurihnya kuah sop, dipadu
lezatnya ikan bolu (bandeng) bakar. Selain sop saudara, juga makan konro
Karebosi. Asli di daerah Karebosi, konro yang jadi cikal bakal konro Karebosi
di Kelapa Gading atau Tebet Jakarta yang biasa-biasa saja. Makan konro di
Karebosi Makassar, memang berbeda. Lebih nikmat.
Yang wajib dan gak boleh ketinggalan adalah
coto. Makanan yang menurut saya bisa dimakan di segala medan. Pagi oke, siang,
sore, atau malam pun jadi. Bisa jadi menu
makan utama yang berat, atau bisa sekedar ringan-ringanan jadi ‘cemilan’. Dari
beberapa kali makan coto di Jakarta, susah nemu yang seenak di Makassar. Selain
rasa, yang paling jelas bedanya adalah di kekentalan kuahnya. Makanya mumpung
di Makassar, coto jadi masuk daftar wajib. Yang untungnya selama jokka di Makassar ini, bisa merasakan
lagi Coto Nusantara, dan Coto Paraikatte di jalan AP Pettarani. Makan bunuh sudah…
Satu lagi jagoan yang gak ketinggalan adalah mie
titi, mie kering yang disiram kuah kental (pakai tepung maizena) campuran sayur,
baso, dan seafood. Tapi ternyata Mie
Titi ini, gak berhasil memuaskan semua. Kata eyang agak aneh. Mungkin karena keburu
dingin, telat makannya, nyuapin bocah-bocah dulu. Tapi
menurut saya dan anak-anak, enak. Apalagi kalau panas-panas, harus panas.
Kalau makanan ringannya, barongko ada di
deretan teratas. Kalau barongko cukup makan di rumah saja. Karena barongko
bikinan kakak, juara juga. Bisa bebas makan sepuasnya.
**
Kalau Jakarta punya Puncak Bogor. Dan Bandung
punya Lembang. Maka Makassar atau Sulsel bagian selatan, punya Malino, di
kabupaten Gowa. Sama sejuknya. Sama ramainya, dan sama jadi tempat ‘pelarian’
untuk liburan dan jalan-jalan.
Perjalanan sekitar dua jam ke Malino, jalan
menanjak dan berkelok jadi hiburan tersendiri. Melewati bendungan Bili-bili, dan
akhirnya deretan pohon pinus menjadi tanda kalau kami sudah sampai di Malino.
Malino memang terkenal sebagai kawasan rekreasi
dan wisata (wisata alam), bahkan sejak jaman penjajahan Belanda. Penginapan,
terutama villa banyak tersedia. Malino selalu jadi salah satu pilihan teratas (warga
Makassar dan sekitarnya) sebagai daerah istirahat, tempat rapat, acara kantoran atau hangout keluarga, ataupun anak muda. Malino akan lebih rame pas
akhir pekan, masa liburan, atau tahun baru misalnya.
Beberapa tempat menarik di sini di antaranya
air terjun Takapala, dan hutan wisata, hutan pinus yang banyak berjejer di
antara bukit dan lembah. Atau wisata kebun teh. Buat anak-anak, tetap carinya
mainan. Walau sekedar prosotan atau ayunan.
Menikmati kota yang sejuk, tenang dan asri
saja, sudah punya nilai plus tersendiri. Makan mie rebus pun terasa nikmat
sekali.
Beli oleh-oleh tenteng dan markisa, menjadi penutup kami di Malino,. Biar lebih afdol, belinya di pasar.
Sekalian beli sayuran yang segar-segar, sayuran yang baru turun langsung dari
kebun. Malino memang penghasil buah-buahan dan sayuran, terutama di daerah
Lembana, daerah lereng gunung Bawakaraeng.
**
Satu lagi tempat menarik yang kami kunjungi
adalah pantai Galesong. Pantai di kabupaten Takalar, segaris dengan pantai Losari
Makassar. Pantai ini menawarkan wisata pantai yang berbeda, pantai 2 in 1. Di
sini, kami bisa main air di laut, sekaligus bisa di kolam juga. Kolam renangnya
persis berada di bibir pantai. Di sini kami bisa berenang atau sekedar
duduk-duduk di gazebo (saung) yang banyak berjejer di pinggir kolam. Menikmati
suasana laut lepas dengan anginnya yang sepoi-sepoi.
Kalau bosan main di kolam renang, atau lebih
suka main di laut, tinggal jalan beberapa langkah saja lewat tangga turun ke
pantai. Cerita di pantai Galesong, bisa baca di sini.
Masih terasa kurang
memang jalan-jalannya di Makassar. Di antara puas gak puas. Masih banyak tempat
yang ingin ditunjukkan ke anak-anak. Seperti menyusuri sisi barat hingga ke Mamasa dan Tana Toraja. Atau meyusuri sisi selatan ke Bira di Bulukumba, lanjut sisi timur sampai tembus ke Sinjai dan Bone.
Makassar, lain kali
kami kembali.
Mari ki di’
***
0 komentar