Swift

May Day, Minggu Pagi di Victoria Park



Mengajak anak traveling memang butuh kompromi. Mulai dari tujuan, kegiatan, hingga jam beraktifitas harus dipertimbangkan lebih matang. Stok cadangan sabar juga mesti banyak. Contohnya, lagi enak-enaknya belanja di night market, si bocah merengek minta balik ke hotel karena ngantuk. Padahal itu kesempatan terakhir belanja, dan yah.. namanya juga night market bukanya pasti malam, pas banget sama jam tidur anak-anak yang udah dari pagi kita ajak jalan-jalan. Solusinya, setelah berbagai alasan serta sogokan jajan gak lagi mempan, harus ikhlas waktu belanja berkurang.



Berangkat pagi dari hotel juga menjadi tantangan. Pertama, membangunkan anak-anak yang kalau traveling pasti aja tidurnya di atas jam 9 malam. Lah wong setiap balik ke hotel juga hari sudah gelap hehehe.. Kedua, proses mandi juga lama. Urutannya, memaksa Lana mandi duluan dengan cepat, setelah itu memandikan Keano. Lalu memakaikan baju anak-anak dan menyiapkan perlengkapan jalan sementara bapaknya mandi, kemudian baru deh giliran terakhir si emak. Selesai mandi anak dan suami sudah rapi dan gak sabar untuk keluar kamar. Sementara si emak butuh waktu untuk matching-in baju serta dandan. Jadilah si emak sering dituduh paling lama bersiap-siap. Padahal kaaan.... yo wislah memang itu suka duka menjadi emak.

Paling aman kalau mau ke luar pagi memang gak usah  mandi. Cukup bangunin anak-anak, gantiin baju seadanya, dan cuuz... berangkat. Kayak yang kami lakukan pagi itu di Hong Kong. Minggu, 1 Mei 2016, jam 8 pagi sudah on the way ke Victoria Park.

Menuju Victoria Park dari tempat kami menginap di Causeway Bay, cuma butuh 5 menit jalan kaki. Kayaknya sejak dapat tiket murah setahun sebelumnya, suami sudah menjadwalkan tanggal 1 Mei, bertepatan dengan hari buruh internasional, kami akan ada di sini.

Abaikan model didepannya, latar belakang adalah patung Ratu Victoria
Victoria Park, oase di tengah belantara beton Hong Kong
Sebagai negeri koloni Inggris, taman dibangun sekaligus untuk menghormati Ratu Victoria dari Britania Raya. Victoria Park dibuka tahun 1957. Luasnya sekitar 19 Hektar, dan menjadi taman terluas di Pulau Hong Kong.

Kesibukan buruh migran asal Indonesia menyiapkan aksi May Day
Koordinasi lewat hand phone, bahasa Jawa campuran lumrah terdengar di sini
Bagian sebelah kanan di bawah tenda merah adalah sound system yang akan menambah meriah suasana
Setiap hari Minggu, pengunjung taman didominasi pekerja asal Indonesia yang jumlahnya kini melebihi pekerja Filipina. Dan pas 1 Mei, jadi lebih rame lagi karena mereka menggelar aksi buruh. Acara baru akan dimulai jam 10 nanti. Tapi persiapan sound system, spanduk, dan kesibukan koordinasi via telepon seluler udah jadi pemandangan seru. Emang gak ngilangin deh, naluri suami istri wartawan meski lagi liburan. Kalau ada demo, pengennya liat dari deket dan segera nyari nara sumber buat diwawancara.

Tuntutan demo kali ini, stop perampasan upah TKI. Potongan para agen bagi TKI masih dirasa terlalu besar
Berbagai elemen buruh migran asal Indonesia di Hong Kong
Tertidur di atas spanduk
Aksi yang akan digelar nanti, melibatkan berbagai elemen buruh migran. Menurut saya buruh migran di Hong Kong termasuk salah satu yang paling maju dalam berorganisasi. Kegiatan advokasi mereka sangat aktif. Ditambah lagi, majikan di Hong Kong kebanyakan sangat menghormati hak-hak pekerja. Sehingga mereka memiliki waktu untuk mengembangkan diri di luar aktifitas wajibnya.

Gelar terpal buka bekal, hari Minggu adalah jadwalnya piknik
Salat bisa dimana saja, Ibu  ini salat dhuha sambil menunggu teman-temannya
Buat pekerja migran yang gak niat ikutan demo, Victoria Park tetap asik dijadikan tujuan berlibur. Bisa gelar terpal plastik buat piknik. Ada juga yang salat dhuha sambil menunggu teman-temannya kumpul.
Sementara Lana dan Keano akhirnya menemukan kegiatan menarik. Ada opa-opa yang ngajak mereka main bola. Mungkin Si Opa bosan main sendirian. Makanya ia rela menjadi kiper yang kerjanya lebih sering memungut bola karena tendangan anak-anak yang ngawur hehehehe..


Mulanya malu-malu nendang, lama-lama si Opa kewalahan

Sebagai taman publik, Victoria Park memang dilengkapi berbagai fasilitas olahraga. Selain lapangan bola ada lapangan basket juga. Tempat terbuka seperti ini buat orang Hong Kong seperti surga. Sebab, kebanyakan mereka tinggal di apartemen atau flat. Sebidang tanah buat halaman menjadi barang yang sangat mahal. Karena itu, fungsi taman sangat dimaksimalkan.

Pagi itu, saya juga melihat sekelompok orangtua berlatih Tai Chi. Ada yang menggunakan pedang, ada juga yang pakai golok. Melihat permainan senjata ini, saya jadi rindu masa-masa ketika menjadi atlet wushu.

Latihan pedang dan golok Tai Chi

Kolam khusus untuk bermain perahu RC
Di samping tanah lapang, Victoria Park juga menyediakan kolam. Bukan untuk renang karena terlalu dangkal. Dalamnya cuma sekitar betis orang dewasa. Kolam dibuat khusus untuk arena permainan perahu remote control.

Keliling Victoria Park di Minggu pagi berakhir dengan sarapan masakan Indonesia. Sejumlah warga asal tanah air, berjualan kuliner lesehan dengan target market pekerja migran yang hang out di sana. Cerita komplit lesehan ini ada dalam postingan Kuliner dalam Koper


*****

You Might Also Like

0 komentar