Swift

Makau #2: Gemerlap Malam di Las Vegas Asia


Ini kelanjutan cerita jalan-jalan di Makau. Kalau sebelumnya kami keliling di tempat-tempat yang kental nuansa sejarahnya, seperti Senado Square, Ruins of St Paul's dan sekitarnya, sekarang saatnya liat yang hedon. Sebelumnya si Suami sudah mendownload peta offline buat panduan. Lumayanlah, jadi gak buta amat sama jalan.

Dari Senado Square, kami berjalan kaki menuju pusat-pusat keramaian atau si hedonnya Makau, yang rata-rata adalah perpaduan hotel, kasino, dan pusat perbelanjaan. Kalo hotel, dilihat lewat saja. Dari awal kami sudah putuskan gak cocok nginap di situ. Mahal hehe.. Kalau kasino atau judi, sudah pasti nggak lah ya. Harom kalau kata bang Rhoma. Apalagi ini kan jalan-jalan keluarga bawa anak, jadi bukan segmennya. Cuma ngintip-ngintip dikit saja, sambil jalan-jalan dan mapping lokasi buat sekadar pengetahuan. Dan akhirnya memang lebih banyak di pusat perbelanjaannya, dan atraksi-atraksi lainnya. Cuci mata, pasnya kalo wisata malam atau jalan-jalan di sini. Karena tempatnya memang asyik, dan welcome buat wisatawan.



Jalan kaki dari Senado Square, tujuan yang pertama adalah ke Grand Lisboa, lalu ke Wynn Hotel, dan berujung di Grand MGM Hotel. Grand Lisboa, Wynn Hotel, dan Grand MGM Hotel ini ada di jalan yang sama.Tinggal lurus saja jalan kaki. Setelah lumayan pegel jalan kaki, lanjut ke Venetian. Naik taksi, karena memang jauh beda wilayah. 



Makau saat malam, apalagi weekend, adalah kota yang meriah oleh cahaya lampu. Gedung-gedung kasino seolah saling berlomba, memanggil pengunjung. Bersaing menjadi yang paling terang, paling unik desainnya, dan paling memuaskan pelayanannya.

Berkembangnya perjudian di Makau berawal dari diserahkannya kedaulatan Hong Kong kepada Inggris tahun 1842. Peran Makau sebagai pelabuhan perdagangan saat itu mulai tersaingi. Untuk mendapat ganti pemasukan, pada tahun 1847 akhirnya Portugis sebagai penguasa Makau, melegalkan permainan judi ketangkasan alias kasino. Di akhir abad ke-19, bisnis kasino booming. Tahun 1961, gubernur Makau saat itu, Jaime Silverio Marques mendeklarasikan Makau sebagai wilayah permanen untuk judi ketangkasan. Pajak juga dikenakan sangat rendah. Sejak itu, kasino dan pariwisata menjadi kegiatan ekonomi utama, hingga Makau dijuluki Las Vegas-nya Asia.



Namun, Makau ternyata gak cukup cuma menyaingi Las Vegas di Amerika sana. Hasil baca sana sini, kasino terbesar di dunia justru ada di Makau. Namanya The Venetian. Luasnya lebih dari 50 hektar. Ia memiliki tiga ribu mesin ketangkasan. Dilengkapi dengan pusat perbelanjaan, puluhan restoran serta hotel untuk menginap para tamunya. Tapi, soal pusat belanja, resto sama hotel, sebenarnya setiap kasino di Makau juga punya. Cuma beda dari segi luas serta tampilannya.

Nah, kalau di The Venetian, istimewanya pusat belanjanya memiliki langit yang selalu biru. Suasana di dalamnya seperti selalu berada di siang yang cerah, meskipun kita masuk di malam hari. Bukan berarti tempat itu bisa ngatur terbitnya matahari sendiri. Tapi, semua lantaran langit-langitnya yang dilukis, serta pengaturan cahaya ruangan.




Menyesuaikan dengan namanya, pusat belanja atau mal ini dilengkapi sungai buatan lengkap dengan gondola. Kalau kita naik, pengemudinya juga akan bernyanyi kayak di Venesia aslinya. Lana sama Keano sebenernya pengen naik perahu. Tapi, mamaknya keberatan. Soalnya, tarifnya gak semurah odong-odong hehehe.. Lagipula, karena kita datang agak larut, gak lama gondolanya juga berhenti beroperasi. Lampu mulai meredup. Suasana malam mulai terasa di dalam. Meski begitu, efek lukisan di langit gedung membuat pengunjung seperti berada di luar ruang.

Selain terlalu asyik jalan-jalan, karena si langit palsu itu juga, yang membuat kami semakin lupa waktu. Padahal sudah hampir tengah malam, dan lupa kalau anak-anak belum makan malam, bahkan belum makan siang --makan dalam artian makan nasi dan sejenisnya. Sebelumnya cuma makan egg tart dan minum juice doang. Selain gak mau berjudi di kasino, kami pun gak mau berjudi dengan makanan. Cari gampangnya saja, akhirnya jauh-jauh ke Venetian Makau, makannya di McD juga. Jurus darurat, selain jurus nasi dan goreng telur, yang pastinya gak bakalan bisa kalau minta digorengin telur di mal The Venetian Macao Resort Hotel ini.




Ya, itu dia Makau. Buat yang gak ke kasino, pilihannya memang disediakan wisata belanja. Pengunjung bisa keluar masuk gedung demi gedung. Untuk anak-anak ada beberapa atraksi yang bisa mereka lihat. Ada yang bayar, dan banyak juga yang gratisan.

Salah satu tempat cuci mata gratisan itu adalah Musical Fontain di halaman depan hotel Wynn. Atraksi air mancur yang menari diiringi tata cahaya dan alunan musik megah. Di sini kami sampai dua atau tiga kali melihat si air mancur, yang beraksi setiap 15 menit sekali. Bukan cuma lihat air mancurnya sih, tapi memang sekalian istirahat setelah lumayan lama jalan kaki. Enak juga duduk-duduk di sini, di antara taman-taman yang memang didisain ramah buat pejalan kaki.




Tempat lain yang kami masuki adalah gedung MGM Grand Hotel. Hotel megah yang modern, lengkap dengan kasino, pusat perbelanjaan, dan restoran-restoran yang menggugah selera. Selera mata pastinya, karena suasananya memang kelihatan enak. Kalau selera rasa, belum tahu juga. Orang kita gak makan di situ.

Selain hotel, shopping mall dan kasino, buat cuci mata dan masih gratisan, di MGM ini ada akuarium raksasa berbentuk silinder. Akuarium air laut yang dihias cantik. Lengkap dengan ikan-ikan dan terumbu karangnya. Menghabiskan waktu untuk istirahat sejenak di sini, Keano dan Lana asik melihat ikan warna warni.


Soal membawa anak ke bangunan yang terhubung langsung dengan tempat judi, saya berbagi sedikit cerita. Meski kasino di sini legal, anak-anak jelas dilarang masuk. Lokasi kasino pun di beberapa tempat yang saya lihat, tidak terbuka begitu saja. Ada area khusus dan memiliki pintu masuk. Sedikit-sedikit bisa sih mengintip dari pintu atau pembatasnya. Jadi jangan bayangkan, kalau kita masuk sebuah gedung misalnya, langsung tergeletak mesin-mesin ketangkasan di kanan kiri.  Apalagi, Makau juga mengincar wisatawan keluarga. Sejumlah area pun dibuat child friendly. Salah satunya seperti di MGM ini.


Malam semakin larut. Kaki pun sudah pegal-pegal. Lana dan Keano sudah mengantuk sangat. Setelah Grand Lisboa, Wynn Hotel, MGM Grand, dan berakhir di The Venetian, saatnya balik ke penginapan. Sudah cukup puas wisata malamnya, walaupun sebenarnya masih ada beberapa yang belum dijenguk. Seperti City of Dreams misalnya. Cuma karena waktu gak cukup, akhirnya pass dulu.

Untuk transport pulang, kami tetap coba konsisten buat naik bus gratisan. Biar sudah malam, tetap tersedia shuttle bus, dan banyak peminat atau penumpangnya juga. Dari Venetian, kami naik bus sampai ke terminal pelabuhan ferry. Prinsipnya mendekat dulu ke tengah kota, ke arah penginapan. Dari pelabuhan, naik shuttle bus lagi. Kali ini naik yang Wynn Hotel. Nah, dari depan Wynn Hotel, baru kami naik taksi ke penginapan.
 

Ini malam terakhir perjalanan keliling Hong Kong-Shen Zen-Makau. Esoknya sudah harus kembali ke tanah air, transit Kuala Lumpur. Pagi-pagi kami sudah bangun. Sempat susah cari taksi, akhirnya dapat juga mengejar penerbangan ke bandara.

 
Di ruang boarding, jendela kaca tampak dihiasi foto panorama Makau. Sambil duduk, orang-orang yang akan meninggalkan Makau jadi bisa mengingat momen mengunjungi tempat-tempat yang tergambar. Negeri ini memang gak luas. Jadi gambar yang terpampang, nyaris sudah pernah dikunjungi semua wisatawan. Buat kami, sehari di Makau tidaklah mengecewakan.


*****

You Might Also Like

0 komentar