Swift

Camping With Kids: Berperahu di Mandalawangi


Buat saya, kawasan Cibodas pintu masuk menuju Gunung Gede dan Pangrango, Jawa Barat bukan tempat yang asing. Dulu jaman kuliah dan aktif di pencinta alam kampus, minimal setahun sekali ke sini. Maklum, pelantikan anggota baru Group Pencinta Alam Aesthetica, almamater saya, selalu berlokasi di Lembah Mandalawangi, Gn. Pangrango.

Tahun pun berlalu, sejak menikah dan punya anak, nyaris nggak pernah lagi ke Cibodas. Sampai akhirnya, sahabat saya Leony mengenalkan Mandalawangi Camping Ground. Mandalawangi yang satu ini bukan lembah bertabur Edelweis  yang terdapat di sekitar 100 meter dari puncak Gunung Pangrango. Lokasinya terletak persis sebelum kantor Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dari gerbang kawasan sekitar 500 meteran, terus masuk parkiran yang ada di sebelah kanan jalan. Tiketnya Rp 27.500 perorang untuk satu hari camping. Peralatan bawa sendiri. Kalau nggak punya, sewa di sini juga bisa.



Tempat ini cocok buat camping bersama anak kecil. Soalnya semua lokasi tertata rapi. Jembatan berbentuk komodo menyambut pengunjung yang mau menyeberangi sungai menuju lokasi buka tenda. Lana dan Keano sampai bolak balik terus melewatinya.

Ada banyak lapak yang bisa dipilih untuk bermalam. Bersama suami, akhirnya kami memutuskan menginap di pinggir danau. Nama danaunya juga Mandalawangi.
Selain pemandangannya bagus, di dekatnya ada warung yang buka 24 jam serta toilet yang terang dan bersih. Lana dan Keano seneng bener main di lapangan pinggir danau. Mereka berguling-guling di rumput, di bawah tatapan mata emaknya yang khawatir dua anak aktif ini bakal gatal-gatal setelahnya.



Menghabiskan sore di Mandalawangi bisa dengan berperahu keliling danau. Satu perahu bisa dinaiki sekeluarga. Berperahu di tengah danau yang dikelilingi rimbunnya pohon, jadi inget adegan action di film Mandarin. Tinggal tambahin caping yang menutupi muka sama baju silat, persis adegan pendekar di perjalanan dalam suatu misi entah kemana hehehehe... Saya lupa pernah nonton adegan itu di film silat yang mana. Males juga inget-ingetnya karena terlalu banyak film action Mandarin yang udah saya tonton.
Kembali ke perahu kayu di tengah danau, intinya anak-anak senanglah dibawa keliling naik perahu. Kalau film action Mandarin jadi fantasi saya, entah apa fantasi Lana dan Keano waktu itu.



Paginya, jadwal yang hampir selalu ada setiap kali kami camping, adalah berenang di sungai. Lokasi sungai di Camping Ground Mandalawangi cukup terbuka. Jadi meskipun airnya dingin, sinar matahari leluasa masuk sebanyak-banyaknya. Agak siang sedikit justru kayak berjemur di sungai. Meski sadar setelah ini anak-anak saya pasti keliatan gosong dan tambah gelap kulitnya.. wis sudahlah ya.. Kegiatan mandi di kali, bakal jadi kenangan mahal saat mereka besar nanti. Lebih berharga daripada penampilan dekil sekejap yang akan mereka lalui. Apalagi saya gak berani jamin, ketika Lana dan Keano kelak dewasa, apakah sungai-sungai di kaki gunung akan terus bersih dan melimpah air seperti ini.




Kekhawatiran saya soal sumber air bukan tanpa alasan. Di lokasi yang sama, ada air terjun yang debitnya minim sekali. Musim kemarau dituding jadi penyebabnya. Sementara, gak jauh keluar kawasan, banyak villa bertebaran di Cibodas. Keringnya air tanah di sana, menjadi masalah yang sama.


****

You Might Also Like

0 komentar