Swift

Camping with Kids: Ranca Upas Ciwidey



Bumi Perkemahan Ranca Upas berlokasi di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tempat ini sudah ada sejak tahun 1980-an. Belakangan, bumi perkemahan juga diberi nama Kampung Cai Ranca Upas. Mungkin karena sudah dilengkapi dengan waterpark berair panas alami di dalam kawasannya. Kata suami yang lahir dan besar di Bandung, Ranca Upas udah jadi tempat pilihan camping sejak zaman ia sekolah dulu. Dan ke sinilah kami datang, buka tenda selama dua malam, sebagai bagian dari Road Trip Lintas Selatan Jawa Barat yang kami jalani selama satu minggu.


Dari Kota Bandung, Ranca Upas bisa ditempuh dalam waktu sekitar satu setengah jam berkendara, dengan kondisi lalu lintas lancar. Jangan bingung kalau buka google maps, lokasi yang tertera adalah Ranca Upas Smart Camp Adventure. Tempatnya ya itu-itu juga.



Berada di ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut, Ranca Upas memiliki  udara yang sejuk. Kalau mau mampir, apalagi menginap, wajib bawa jaket atau pakaian dingin lainnya. Siap-siap aja ya merasakan tubuh menggigil di malam hari.



Buat keluarga kami, Ranca Upas adalah tempat buka tenda dengan fasilitas lengkap. Camping ground-nya luas dan bersih. Tinggal tunjuk aja mau buka tenda di mana. Enaknya lagi, untuk keluarga yang camping bawa anak, mobil bisa parkir dekat tempat bertenda. Jadi gak repot menurunkan semua barang dan perlengkapan.

Waktu ke sana, kami memang memilih buka tenda dekat dengan jalan mobil. Penyebabnya, kami sampai sudah sekitar jam 10 malam. Kondisi saat itu gerimis dan kabutnya pekat banget. Penerangan di gerbang buper juga minimalis, alias gelap sama sekali. Pos masuk udah nggak ada yang jaga. Saking gak keliatannya jalan, kami sempat berhenti menunggu kabut agak reda. Bermodal nekad kami ikuti aja jalan masuknya. Begitu gerimis selesai, langsung buka tenda di area pinggir jalan. Patokannya, ada juga tamu lain yang udah buka tenda di dekat situ. Begitu perlengkapan bobok beres, langsung rebahan dan kami tidur sampai pagi.



Esoknya, begitu matahari terbit, baru deh keliatan cakepnya Ranca Upas. Di sekitar camping ground ditumbuhi pohon pinus. Keano seneng banget ngumpulin buahnya. Dekat tenda kami berdiri mushala. Selain buat salat, suami memanfaatkan mushala buat ngecharge sejumlah gadget. Kamar mandi juga ada di dekat mushala. Tapi kami, memilih menggunakan kamar mandi dekat kantor pengelola, karena lebih bersih, lebih terang, dan lebih banyak airnya.



Di dalam kawasan perkemahan juga ada warung-warung yang buka 24 jam. Warung dioperasikan warga setempat dan menyediakan beragam keperluan. Mulai dari sandal jepit, aneka masakan, sampai kayu bakar buat bikin api unggun. Malah ada pengunjung buper yang buka tenda berhadapan dengan warung. Kalau lapar gak perlu masak, tinggal beli aja kayaknya hehehe..

Camping di sini, perorang dikenai harga sekitar 15 atau 20 ribu rupiah, dan mobil 5 ribu rupiah per hari kalau gak salah (maaf lupa, tapi kira-kira segitulah. Gak mahal kok). Waktu itu kami baru ditagih pas pagi harinya sama akang-akang yang keliling naik motor. Dan memang katanya begitu, pagi-pagi baru ditagihin ke tiap tenda, karena memang banyak juga yang datang dan masuk malam ke Ranca Upas.




Yang paling bikin Lana dan Keano senang camping di Ranca Upas adalah adanya penangkaran rusa. Kalau mau masuk, bayar donasi sukarela. Di sini juga bisa beli wortel 10 ribu rupiah seplastik untuk makan rusa. Memang lebih mahal harga wortelnya dibandingin tempat lain. Tapi mungkin, di situ juga donasinya buat penangkaran rusa ini.


Selain penangkaran rusa, di dalam kawasan perkemahan juga ada tempat outbond. Masuk ke sini juga bayar tiket lagi. Tapi karena masih pagi banget, tempat outbondnya belum beroperasi. Belum ada orang. Cuma kita bisa masuk buat liat-liat dan sedikit nyoba-nyoba fasilitas di dalamnya.




Sementara di sebelah tempat outbond ada kolam renang air panas. Bentuknya macam waterpark versi mini. Buat yang kedinginan camping di sini, mandi di kolam ini bisa jadi pilihan. Tentu saja pengunjung harus bayar lagi untuk menikmati fasilitas ini. Meski sempat tergoda, kami sekeluarga memilih menunda mandi pagi itu. Sebagai gantinya kami jalan-jalan keluar buper dulu. Dari awal, incaran kami untuk main air atau berenang memang bukan di sini. Tapi di Ciwidey Valley.



Di sekitar buper Ranca Upas ada banyak banget tempat wisata. Yang paling terkenal, Kawah Putih Ciwidey. Kalau mau agak jauh sedikit ada Situ Patengan atau Patenggang. Belum lagi beragam tempat outbond dan pemandian air panas. Kawah Putih dan Situ Patengan, kami skip dari daftar tujuan. Udah pernah mampir soalnya. Kami memilih Ciwidey Valley, tempat wisata yang agak baru dan belum pernah kami masuki.


Masuk Ciwidey Valley bayar Rp 15.000 perorang sudah dapat soft drink. Itu harga Juli tahun 2016. Mau apdet harga tiket, boleh tengok sendiri situsnya di sini . Dengan tiket itu kita bisa main di playground, jalan-jalan di sekitar resor sambil nengokin bungalownya yang cantik-cantik, plus ada taman burung mini. 



Pengunjung bisa masuk ke dalam kubah melihat aneka burung dan ayam hias. Koleksinya gak gitu banyak sebenernya. Tapi untuk anak seumuran Lana dan Keano, yaitu 8 dan 5 tahun, lumayanlah. Minimal saya bisa ceritain ayam ketawa yang suara kukuruyuknya berisik banget.


Jualan utama Ciwidey Valley selain resor dan resto adalah kolam renangnya atau waterpark. Tapi sayang, waktu ke sana air kolamnya lagi gak panas. Katanya habis dikuras. Jadilah kita pilih mandi di tempat lain. Naik mobil sedikit ke arah atas dari Ciwidey Valley, lewatin lagi Ranca Upas, kami akhirnya singgah ke pemandian air panas Walini atau suka disebut juga Ciwalini. Letaknya di kaki kebun teh Walini. Dari pagi gak mandi, udah niat banget mau basah-basahan di sini.


Pemandian air panas Ciwalini memiliki beberapa kolam. Pertama dia punya waterbom buat anak-anak, yang masuknya mesti tambah bayar lagi dari tiket yang kita sudah beli di gerbang. Kedua, kolam anak yang cetek sepaha orang dewasa. Ketiga, kolam dewasa. Seperti namanya, kolam dewasa cocok buat orang dewasa berenang, gak cuma kecipak main air. Ada area yang dalamnya sekitar 2 meter. Enak buat berendam seluruh badan. Airnya yang hangat membuat rileks seluruh badan.

Dari kolam Walini, kami kembali ke Ranca Upas. Tenda cantik sudah menanti. Suami membeli kayu bakar untuk membuat api unggun. Yes, kami memutuskan menginap dua malam di sini. Anak-anak suka karena udaranya sejuuuuk dan dingin. Terus, mereka juga masih pengen kasih makan rusa besok pagi. Kalau emak bapaknya sih suka karena nginep di tenda jauuuuh lebih murah daripada nginep di hotel hehehe..


Malamnya, setelah nongkrong-nongkrong di dekat api unggun, kami tidur nyenyak sekali. Efek sorenya berendam air hangat kayaknya. Udara dingin kalah sama hangatnya tenda yang dipenuhi 4 orang. Sampai-sampai suami gak perlu pakai selimut, dan cukup sarung yang menutupi telapak kaki. Tapi beda soal pas menjelang pagi, udaranya makin dingiiin berlipat-lipat.

Anak-anak kami semakin besar. Tenda semakin sesak kalau kami semua berkumpul di dalamnya. Sebenarnya, kami bawa dua tenda. Tapi kayanya lebih akrab satu tenda rame-rame.


Sesuai cita-cita Lana dan Keano, paginya kami ke penangkaran rusa lagi. Sebelumnya, kami sudah beberes tenda dan memasukkan semua barang ke mobil. Puas liat rusa lagi pada hari kedua di Ranca Upas, kami melanjutkan perjalanan. Dari pegunungan, kini kami menuju pantai.


You Might Also Like

0 komentar