Swift

Plaka, si Romantis dari Jantung Kota Athena


Athena, ibukota Yunani ternyata mempunyai tempat romantis yang gak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya. Namanya Plaka, letaknya di jantung kota tua Athena. Ini kawasan wajib mampir menurut saya. Apalagi biasanya wisatawan ke Athena untuk mendatangi situs-situs bersejarah macam Acropolis, kotanya Dewi Athena. Reruntuhan bangunan, kuil dan relief kuno memang daya tarik kota ini. Tapi Plaka, menawarkan nuansa yang berbeda.

Plaka, kawasan kota kuno Athena yang asyik buat hang out, kongkow, atau nongkrong. Kawasan resto, kafe, dan tempat belanja souvenir khas Yunani.


Kalau kita sudah ada di pusat kota Athena, mengunjungi sejumlah tempat wisata bisa dengan jalan kaki saja. Di antaranya Syntagma Square, Acropolis (tempat di mana ada Parthenon dan Theater of Dionysus, saya akan ceritakan di artikel terpisah), Acropolis Museum, Temple of Olympian Zeus, Monastiraki, serta sejumlah tempat lainnya, termasuk Plaka.


Saya dan suami mengajak anak-anak ke Plaka setelah keliling ke reruntuhan bersejarah plus Syntagma Square dan Alun-alun Monastiraki. Abis ngeliat bangunan-bangunan mati, Athena terasa lebih hidup ketika memasuki area ini. Di kanan kiri banyak toko-toko, mulai dari yang jualan suvenir, kerajinan kulit khas Yunani, sampai barang-barang bernilai seni lainnya.

Sebagian besar jalanan di Plaka, eksklusif untuk para pejalan kaki. Kawasan ini termasuk permukiman penduduk lokal. Nggak ada bangunan bertingkat tinggi di sini. Enaknya sih datang menjelang sore. Cuaca udah gak terlalu panas lagi. Athena ketika summer panasnya bisa mencapai 40 derajat celcius, cenderung lebih panas dari Jakarta. Matahari musim panas di Athena, tenggelam sekitar pukul 10 malam. Jadi kalau pun datang ke sini jam 7 malam misalnya, suasananya ya masih kayak jam 4 sore gitu. Jamnya makan malam, dengan keadaan yang masih terang.


Selain deretan tempat belanja, yang menarik di Plaka adalah tempat makannya. Ini yang paling keren menurut saya. Di musim panas kayak waktu kami ke sana, resto-resto menggelar sebagian meja kursinya di tepi jalan. Lokasi makan di luar kayak gini justru jadi favorit pengunjung. Kebanyakan bagian dalam resto atau cafe malah tampak kosong.


Suasana makan yang menyenangkan kayak gini, yang membuat Lana dan Keano, plus mamak bapaknya jadi pengen makan lagi. Padahal nggak lama sebelum kami tiba, udah makan di tempat lain. Sayang banget soalnya kalau nggak nyobain dan berlama-lama menikmati atmosfer Plaka. Dan seperti mungkin sudah banyak diketahui, anak-anak kami selera makannya memang luar biasa hahahaha...


Bagian paling asyik di Plaka untuk makan malam adalah Plaka Stairs. Literally stairs yang berarti tangga. Cafe dan resto di tempat ini berundak-undak mengikuti kontur perbukitan. Tapi justru ini yang seru. Sebagian cafe malah menjadikan sebagian tangga di jalan sebagai tempat mereka menyajikan makan untuk pelanggan. Macam lesehan, dimodalin meja pendek plus bantal untuk alas duduk. Adapula tempat yamg menyediakan balkon sebagai lokasi makan. Ini juga enak, karena bisa menikmati kemilau matahari senja.


Kami memilih makan malam di Anafiotika Cafe, salah satu tempat yang cukup dikenal. Ulasannya juga bagus di trip advisor. Dari penilaian tertinggi skala lima, Anafiotika dapat angka 4.5. Terutama yang menurut saya keren banget di sini adalah service dan atmosfernya. Waiternya ramah-ramah banget dan friendly. Buat nanyain order menu aja, mereka gak segan ngajak kita ngobrol dulu. Beberapa kali juga mereka ngajak Lana dan Keano bercanda. Berasa diterima banget kita di negeri antah berantah ini. Secara saya pakai hijab, mereka juga udah tau apa yang nggak boleh kami makan. Jadi ketika kita tanya beberapa menu tertentu mereka akan bilang, jangan, menu itu nggak cocok buat kalian, dan mengarahkan untuk memilih menu yang aman. Keano yang pengen banget makan pizza, akhirnya kembali memilih menu margherita pizza yang bebas dari daging. Yang lainnya, kami memesan makanan khas Yunani. Anafiotika Cafe ini punya menu yang cukup lengkap, mulai dari menu eropa pada umumnya, sampai makanan tradisional. Pas deh, enggak salah memang pilih makan di sini.


Kalau kita pesan makanan, dapat jatah air es gratis. Jangan nganggap remeh soal air es ini ya. Di tengah galaknya matahari musim panas, air es itu berharga banget. Kalau kita beli air mineral juga mahal. Untuk kemasan 600ml, botol tanggung gitulah, harganya bisa sampai kisaran 1-2 euro, kalau dirupiahkan waktu itu sekitar 17 ribu sampai 34 ribu rupiah. Dan di Athena gak kaya di Singapura yang ada tap water di mana-mana. Makanya, semua seneng banget termasuk Keano pas tahu dapat air gratis hehehehe.. Keano termasuk yang cukup sering tanya-tanya harga. Dan komentarnya selalu lucu kalau dikasih tau apa yang kita beli tergolong mahal menurutnya. Dia akan bandingin dengan harga yang ia tahu di Indonesia. Selain air es gratis, ada juga roti-roti compliment yang disediakan seperti umumnya resto eropa. Juga dikasih free semangka satu buletan gede, yang sudah dikupas buat dessert.


Kami memesan beberapa menu khas Yunani. Suami pesan kopi (greek coffe), untuk makanannya sengaja dipilih beberapa biar bisa kita cobain semua.

Ini namanya Tsaziki, salad khas Yunani. Terbuat dari yoghurt yang dicampur potongan bawang bombay, oregano, timun dan olive oil. Rasanya seger karena disajikan dalam keadaan dingin. Enak buat cocolan roti
Spanakopita, bentuknya mirip martabak. Terbuat dari tumisan bayam bersama telur dan rempah yang kemudian dibungkus pastry. Disajikannya dengan keju feta dan paduan saus lemon bawang, cabai dan paprika. Digadoin aja udah gurih, mantap.
Yang ini namanya moussaka, pasta panggang berisi terong, daging kambing cincang dan ada potongan kentangnya dilengkapi saus tomat dan taburan keju. Sepintas mirip lasagna tapi lebih berempah rasanya. Makan dikit aja udah nonjok kenyangnya
Kami juga memesan cumi goreng tepung yang penampilannya ternyata gak kayak yang biasa kita makan heheheh.. cuminya utuh bulet-bulet. Rasanya dominan asin. Ini enaknya dimakan pake nasi dan sambel terasi yang tentu aja nggak ada di cafe ini hehehe..
Pizza Margherita, berisi keju serta pasta dan irisan tomat. Biarpun nggak ada dagingnya rasanya tetap gurih karena kejunya yang berlimpah

Semua makanan yang kami pesan nggak ada yang mengecewakan. Sayangnya perut udah agak kenyang karena sebelumnya makan berat juga. Sebelumnya sudah nyobain juga souvlaki dan lainnya, waktu di flea market, Monastiraki.

Untung bisa dibungkus. Cumi goreng tepung dan moussaka dibawa pulang ke tempat menginap, masuk kulkas dan bisa buat sarapan esok harinya setelah dipanaskan di microwave.


Selain menikmati makanan, di plaka ini enak juga mengamati pengunjung. Kebanyakan memang turis. Orang Asia sedikit yang kami lihat di sini. Waktu itu malah kayaknya nggak ada. Senangnya, kami bisa melihat bagaimana dunia berjalan di belahan bumi yang lain. Tempat yang jarang kami lihat, bahkan di tayangan televisi. Yess.. itu sih maknanya traveling menurut kami.


Plaka menjadi penutup malam kami di Athena. Sekaligus menutup trip jalan-jalan 16 hari backpackeran ke Eropa. Besok paginya, jadwal terbang kembali ke Jakarta sudah menanti. Kami pulang ke apartemen berjalan kaki. Sejumlah toko masih buka larut, sehingga masih sempat mampir membeli sedikit oleh-oleh. Kalau saja masih punya waktu banyak, saya masih pengen sedikit lebih lama di sini.


*****

You Might Also Like

0 komentar